Kerajaan Tarumanegara Hindu Tertua di Jawa Barat pada Abad ke-5 Masehi

Kerajaan Tarumanegara Hindu Tertua

Kerajaan Tarumanegara Hindu Tertua Jawa Barat, yang kini menjadi wilayah metropolitan dengan hiruk-pikuk kota seperti Bogor dan Bekasi, menyimpan rahasia peradaban kuno yang megah. Kerajaan Tarumanegara, kerajaan Hindu pertama di Pulau Jawa, berdiri kokoh pada abad ke-4 hingga ke-7 Masehi, dengan puncak kejayaannya di abad ke-5. Sebagai pelopor penyebaran agama Hindu di Jawa, Tarumanegara menjadi jembatan antara budaya lokal Sunda dengan pengaruh India, melalui jalur perdagangan Selat Sunda. Penemuan prasasti-prasasti kuno pada abad ke-19 oleh arkeolog Belanda seperti R.D.M. Verbeek membuka tabir sejarah ini, menjadikan Tarumanegara sebagai fondasi peradaban Nusantara.

Kerajaan ini, yang pusatnya berada di sekitar Sungai Citarum (wilayah Bekasi dan Jakarta modern), mencakup hampir seluruh Jawa Barat dan sebagian Banten. Nama “Tarumanegara” berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “negara pohon taru” atau “negara yang aman”, mencerminkan harmoni dengan alam. Hingga kini, situs-situs seperti Prasasti Ciaruteun di Bogor menjadi saksi bisu kebesaran kerajaan ini, menarik wisatawan sejarah dan peneliti untuk menyelami akar budaya Indonesia.

Asal-Usul dan Pendiri Kerajaan

Kerajaan Tarumanegara didirikan sekitar tahun 358 M oleh Raja Tarusbawa, seorang pemimpin lokal yang memeluk agama Hindu. Legenda menyebutkan bahwa Tarusbawa adalah keturunan dari pedagang India yang berlayar ke Jawa, menikahi putri kerajaan lokal, dan mendirikan dinasti. Namun, raja paling terkenal adalah Purnawarman (atau Purnavarma), yang memerintah pada abad ke-5 M (sekitar 395-434 M). Di bawah kepemimpinannya, Tarumanegara mencapai puncak kejayaan, dengan wilayah yang membentang dari Banten hingga Cirebon.

Pengaruh Hindu masuk ke Tarumanegara melalui pedagang dari Kerajaan Gupta di India Utara, yang membawa tidak hanya agama, tapi juga sistem tulisan, seni, dan irigasi. Masyarakat asli, yang mayoritas suku Sunda dan Baduy, dengan cepat beradaptasi, menciptakan sinkretisme unik antara animisme lokal dengan ritual Hindu. Kerajaan ini bersifat monarki absolut, di mana raja dianggap sebagai titisan dewa Wisnu, bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat melalui proyek-proyek infrastruktur.

Prasasti-Prasasti Bukti Arkeologi yang Mengagumkan

Prasasti menjadi sumber utama pengetahuan tentang Tarumanegara. Ditulis dalam aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta dengan campuran bahasa Jawa Kuno, prasasti ini ditemukan di berbagai lokasi Jawa Barat. Beberapa yang paling penting meliputi:

Prasasti Ciaruteun (abad ke-5):

Ditemukan di Sungai Ciaruteun, Bogor, prasasti ini menggambarkan jejak kaki raja yang melambangkan langkah suci seperti Wisnu. Teksnya memuji Purnawarman sebagai raja yang melindungi kerajaan dari banjir dan musuh.

Prasasti Tugu (abad ke-5):

Terletak di Jakarta Utara modern, prasasti ini menceritakan pembangunan saluran irigasi Sungai Gomati (sekarang Kali Angke) oleh Purnawarman. Panjangnya 11 km, proyek ini menunjukkan kemajuan teknik rekayasa untuk mengendalikan banjir dan mendukung pertanian padi.

Prasasti Jambu dan Kebon Kopi:.

Mengisahkan ritual suci (yadnya) di mana Purnawarman menyumbangkan 1.000 ekor sapi kepada para brahmana, mirip dengan tradisi di Kutai. Prasasti ini juga menyebutkan upeti dari kerajaan vassal, menandakan kekuasaan regional.

Prasasti-prasasti ini, yang kini disimpan di Museum Nasional Jakarta dan replikanya di situs asli, membuktikan bahwa Tarumanegara adalah kerajaan Hindu tertua di Jawa, setara dengan Kutai di Kalimantan. Mereka ditulis pada batu andesit atau tembikar, sering diukir dengan simbol garuda atau bunga teratai.

Kehidupan Masyarakat, Ekonomi, dan Budaya

Masyarakat Tarumanegara hidup dalam masyarakat agraris yang maju, dengan sistem irigasi canggih yang memungkinkan panen dua kali setahun. Sungai Citarum dan Ciliwung menjadi pusat kehidupan, di mana desa-desa dibangun di sekitar sawah subur. Ekonomi kerajaan bergantung pada pertanian (padi, kelapa, rempah), perikanan, dan perdagangan maritim melalui pelabuhan di Teluk Banten. Barang dagangan seperti emas, gading, dan kain tenun diekspor ke India, Cina, dan Asia Tenggara, membawa kemakmuran yang digambarkan dalam prasasti sebagai “kerajaan yang subur seperti taman surga”.

Budaya Tarumanegara mencerminkan perpaduan Hindu dengan tradisi Sunda. Ritual pemujaan dewa-dewa seperti Siwa, Wisnu, dan Brahma menjadi bagian sehari-hari, dengan raja memimpin upacara homa (persembahan api). Seni berkembang melalui patung-patung batu bergaya Gupta, meski banyak yang hilang akibat erosi. Arsitektur mencakup candi kecil dan rumah panggung adat yang tahan banjir. Pendidikan dipegang oleh brahmana, yang mengajarkan Weda dan filsafat Hindu. Meski Hindu dominan, elemen Buddha mulai muncul pada akhir masa kerajaan.

Politiknya stabil di bawah Purnawarman, yang memperluas wilayah melalui diplomasi dan militer. Namun, kerajaan mulai melemah pada abad ke-6 akibat konflik internal dan serangan dari Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah, serta ekspansi Sriwijaya dari Sumatera.

Peninggalan dan Dampak Historis

Warisan Tarumanegara masih terasa di Jawa Barat modern. Saluran irigasi kuno seperti Sungai Candrabhaga (dibangun Purnawarman) masih digunakan untuk pertanian di Bekasi. Situs arkeologi seperti Batu Ciaruteun ditetapkan sebagai cagar budaya nasional, dengan museum di Bogor yang memamerkan artefak. Festival Sejarah Tarumanegara di Bekasi setiap tahun menghidupkan kembali tradisi melalui tarian jaipong (adaptasi dari tari Sunda kuno) dan pementasan cerita raja.

Secara nasional, Tarumanegara memperkaya sejarah Indonesia dengan membuktikan bahwa pengaruh Hindu datang secara damai melalui perdagangan, bukan penaklukan. Ini menjadi dasar bagi kerajaan-kerajaan selanjutnya seperti Sunda dan Majapahit. Sejarawan seperti Boechari dalam Prasasti-Prasasti Tarumanegara menekankan peran kerajaan ini dalam membentuk identitas Jawa.

Melestarikan Kejayaan Tarumanegara di Era Modern

Kerajaan Tarumanegara mengajarkan pelajaran berharga tentang inovasi dan harmoni dengan alam, terutama dalam menghadapi tantangan banjir yang masih relevan di Jawa Barat hari ini. Di tengah urbanisasi cepat, pemerintah daerah telah menginisiasi program pelestarian situs dan pendidikan sejarah di sekolah. Wisatawan bisa menjelajahi jejak kuno ini untuk merasakan getar abad ke-5.

Tarumanegara Hindu Tertua di Jawa Barat Dengan menjaga warisan Tarumanegara, kita menghormati leluhur yang membangun fondasi bangsa. Kerajaan ini: bukti bahwa dari tanah Jawa Barat lahir cahaya peradaban Hindu pertama, yang menerangi Nusantara hingga kini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *